Tak tahu apa rasanya, apa yang aku fikirkan kemarin malam.
Berdesak-desakan dengan banyak orang hanya karena ingin bertemu dengan sosok
presenter ternama bangsa. Sebut saja ia MN. Hujan-hujanan, pengap seperti
pengungsi, serta banyak hal yang tidak disukai yang dirasakan kala itu. Tetapi
semua manusia sudah menghilangkan rasa itu. Fokus dengan nya, karena gratis.
Aku sudah tidak enak perasaan kala itu. Rasanya ingin walkout
saja. Tak tahu kenapa ada hal yang membuat langkah kaki ini terhenti dan tak
mau berdiri. Lapangan dipenuhi lautan manusia. Manusia yang sangat beragam. Orang
jauh datang demi melihat sosok kapitalisme besar-besaran. Semua manusia tertuju
pada sosok biru dengan kepala rajawali yang menonjol. Tak tahu apa yang
difikirkan oleh manusia saat itu. Mereka bahkan ada beberapa yang sampai
meninggalkan kewajiban (read:Islam) karena takut tempat duduknya akan direbut
oleh orang lain.
Entahlah apa yang aku fikirkan. Semua seperti tersihir
dengan acara gratis yang meriah itu. Hujan datang besar. Tetapi tidak menyurut semangat
para penonton. Seperti saya yang membawa mantel. Ada beberapa yang membawa paying.
Itu sebuah pilihan. Jika orang tahu seharusnya ia akan mempersiapkan segalanya.
Ya terkadang manusia kebanyakan bodoh, seperti saya. Hanya saja saya saat itu
sedang ingat.
Manusia akan memaksimalkan apa yang ia punya demi sesuatu
yang disenanginya. Itulah gambaran alun-alun lautan manusia kemarin. Sempat aku
berfikir untuk apa aku duduk lama hanya ingin menonton manusia. Tetapi aku
sadar dan mencoba melihat dari sudut yang berbeda. Iya beliau-beliau (read:
pembicara dan presenter) mereka semua terkenal dan menginspirasi. Kehidupan nya
banyak orang yang mengikuti. Bahkan ada beberapa stasiun televisi yang
menayangkan kehidupan mereka. Padahal mereka semua manusia. Manusia-manusia
yang memiliki kesamaan tetapi memiliki perbedaan dalam rezeki.
Saat itu aku berdoa kepada Allah. Kemudian aku meminta maaf
atas segala dosa yang aku perbuat, teman-teman aku yang tidak melakukan
kewajiban nya. Ketika aku bisa menjadi orang yang berdiri di panggung sana
kelak, aku akan membuktikan bahwa aku bisa mengajak seluruh orang untuk
beribadah sesuai dengan keyakinan. Saat adzan mari sholat bersama. Saya yang
mengajak. Itulah sejatinya manusia. Menjadi seseorang yang diingatkan dan
mengingatkan orang lain. Tentu akan indah jika menyikapinya terbuka dan penuh
riang.