Korupsi, Masih
Menjadi Permasalahan Bangsa
Sebuah catatan
kebangsaan yang dari dulu hingga sekarang masih menjadi renungan, adalah budaya
KORUPSI. Budaya ini seakan menjalar ke seluruh lini, dari yang terkecil dan
terbesar semuanya berinteraksi. Entah dari siapa budaya ini lahir, tetapi
budaya ini memang sudah banyak menggerogoti departemen-departemen dan
lingkungan khususnya pemerintah. Budaya ini seakan kental secara turun temurun
dan mayoritas masyarakat menganggap, budaya ini sangat sulit untuk diberantas.
Ketika menangkap salah satu orang yang melakukan korupsi, ibarat memotong satu
daun padahal masih ada daun-daun yang lain, dan itu jumlahnya banyak. Dari
oknum pemerintahan hingga oknum kecil-kecilan, semua di korupsi, bahkan uang
haji saja di korupsi, belum lagi ketua tertinggi Mahkamah Konstitusi (MK) tidak
luput dari yang namanya korupsi. Kemudian dari adanya gejala tersebut,
bagaimana solusi terbaik untuk meminimalisir atau bahkan menghilangkan budaya
buruk ini? Jika ini dibiarkan, maka yang pasti akan merugikan diri sendiri,
masyarakat, dan bangsa Indonesia tentunya, yang notabene dipandang sebagai negara
yang cinta damai dan ramah. Pujian itu seolah runtuh dan tidak bernilai apapun
akibat ketidakberesan kita dalam memberantas permasalahan yang satu ini. Ini
merupakan permasalahan bangsa dan menjadi PR bagi kita semua.
Sumber dari www.jpnn.com
pada tanggal 09 Desember 2014, terdapat 9 kasus korupsi yang menarik sepanjang
tahun 2014. 9 kasus ini sangat bermacam, dari mulai korupsi transjakarta,
pengadaan puskesmas, dan pengadaan angkutan. Dari sumber blog http://panduanmenarik.blogspot.com
ada 5 kasus korupsi yang menarik pada tahun 2013. Korupsi pada tahun ini banyak
melibatkan praktisi-praktisi partai, yang notabene pemikir dan cendekiawan.
Sebagai panutan masyarakat, malah mereka terjerat kasus korupsi. Masih banyak
sebenarnya kasus-kasus lain, kasus-kasus yang intinya sama, yaitu menggelapkan
sejumlah uang untuk kepentingan pribadi maupun golongan.
Sebenarnya apa
yang menjadikan mereka tergiur untuk melakukan tersebut? Mereka ini orang
pintar, mereka ini panutan semua orang, mereka ini orang yang mengerti aturan,
mereka ini orang yang dipandang, kok melakukan seperti itu? Ternyata penyebab
utama adalah, kurangnya akhlak pada diri mereka. Pendidikan yang ada di
Indonesia ini memang kurang menitikberatkan pada aspek akhlak. Akhlak pada diri
mereka yang sekarang duduk di kursi jabatan tertinggi sangat lah kurang bahkan
dibawah standar, masa iya sih mau disamain sama binatang? Emang kelakuan nya
kaya binatang, bahkan lebih rendah dari binatang. Orang pintar bahkan cerdas,
tetapi akhlak dalam dirinya tidak ada, diibaratkan handphone dengan harga
tinggi hingga berjuta-juta tetapi tidak ada buku panduan nya. Akhlak ibarat
penunjuk jalan, yang selalu mengantarkan kepada kebenaran. Penunjuk jalan akan
selalu memberikan navigasi yang benar, tidak akan pernah menjerumuskan
pemakainya. Akhlak juga lah yang membuat mereka akan merasa bahwa kerja mereka
akan diawasi oleh Allah langsung, Pengawas Kehidupan Semesta. Ketika akhlak
mereka terjaga, maka hal yang mustahil jika mereka melakukan curang apalagi
mengambil uang yang bukan hak nya.
Maka solusi
yang terbaik adalah pembenahan akhlak kepada masyarakat Indonesia, terutama
generasi muda yang nantinya akan menggantikan posisi mereka yang menjadi
atasan. Generasi muda ini menjadi salah satu nyawa yang tersisa, dimana ketika
kita bisa mendidik generasi muda secara baik dan benar, maka secara logika
mereka akan melakukan pekerjaan nya dengan tanggung jawab dan ketika mereka
sudah berada di posisi yang vital, baik dalam pemerintahan ataupun jabatan
penting lainnya, maka dia akan melakukan pekerjaan nya sesuai dengan amanat
yang diberikan, dan akhlak sebagai pengatur dalam tingkah lakunya. Pemerintah
harusnya memperhatikan ini sebagai langkah konkrit demi kemajuan negeri kita
tercinta yaitu Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar