Tabiat
Binatang
Bagus dan tingginya status sosial seseorang memang belum tentu
mencerminkan tabiat kebaikan. Lihatlah mereka
yang memiliki jabatan dalam status politik, banyak yang tergoda aurat
nikmat korupsi. Mereka yang memiliki status sebagai pejabat sengaja menggunakan
aji mumpung punya pangkat. Mereka yang memiliki status ekonomi tinggi cenderung
lupa untuk bersedekah energy. Mereka yang memiliki status sosial yang memikat
jadi mudah mengumbar gelora syahwat.
Mereka-mereka ini beralasan bahwa status yang mereka miliki saat ini
adalah hasil jerit payahnya, maka sudah saatnya mereka menikmatinya meskipun
secara membabi buta. Orang-orang yang menikmati kesuksesan secara membabi buta
ini, yang tidak memedulikan batasan baik benar atau salah mudharat dapat
dikategorikan sebagai orang yang melupakan.
Para politikus yang keenakan merasakan nikmat kekuasaan jadi melupakan
hak konstituennya. Bukannya
menyejahterakan konstituen, mereka lebih asyik menyejahterakan diri sendiri.
Para pejabat yang duduk di kursi empuk birokrat menawarkan kemudahan bagi para
sanak kerabat, padahal harusnya posisi tersebut dilelang massal melalui tes
yang akan menguji calon yang baik dan layak, bukan mereka yang punya uang
banyak.
Mereka yang kaya melupakan hak fakir miskin dan memilih menjadi pelit.
Jadilah mereka menjadi sosok Qarun berharap harta mereka akan kekal bertambah
turun-temurun dengan cara menimbun. padahal, harusnya harta mereka diurun bagi,
niscaya hitung-hitungan Allah tidak akan membuat mereka merugi.
Aduhai kasihan tenan mereka yang mabuk kepayang kenikmatan. Kata
kesuksesan tercapai, kala godaan kenikmatan melambai-lambai, mereka menjadi
orang yang melupakan. Melupakan kala keinginan terpenuhi adalah tabiat
binatang. Semoga sahabat semua tetap istiqomah memilih menjadi manusia
seutuhnya yang berakal budi dan berhati nurani. Bukannya menjadi membabi buta,
tikus kantor, atau serigala bagi manusia lain. *Huwehe
(Sumber: Buku
“Guyu Hidup Tenang Mati Senang” Karya Cak Aep GuyuMaster)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar