Fenomena
Valentine Day
Tadi pagi ketika saya sarapan, saya melihat di salah satu televisi swasta
di Indonesia, menyiarkan bahwasanya fenomena hari kasih sayang (katanya) yang
disebut Valentine Day, itu menjadi ajang hangout para remaja-remaja untuk melakukan hal yang bebas, bebas dalam
mengutarakan cinta karena dipandang hari kasih sayang dan bahkan sebagai ajang melakukan free sex
besar-besaran. Fenomena yang sangat mencengangkan ini, diduga didukung dengan
adanya paket coklat dari para penjual coklat yang sengaja menyisipkan kondom di
dalamnya. Paket yang semula hanya isi coklat kemudian disisipkan kondom, untuk
apa? Sekali lagi, hari Valentine Day ini menjadi ajang para remaja untuk
menanggalkan kehormatan kepada seorang kekasih nya. Alasan cinta menjadi salah
satu pusaka yang diberikan para remaja untuk dapat mendapatkan kenikmatan
sementara. Miris sungguh miris.
Merujuk dari buku Udah Putusin Aja karya Felix Siauw, pada tahun
2005, Koran Pikiran Rakyat mengadakan sebuah angket dari 413 responden yang
menjawab angket secara sah, 26,4% di antaranya mengaku lebih suka merayakan Valentine
bersama gebetan atau kekasih dengan jalan-jalan, makan-makan, lalu berciuman
(melakukan hubungan seks). Dari beberapa data yang di kumpulkan, juga bisa kita
lihat di media, penjualan kondom seminggu sebelum dan setelah Valentine Day
meningkat 40-80% di setiap gerainya, bahkan sering kali ada yang sold-out.
Beberapa gerai bahkan tidak malu-malu lagi memajang paket cokelat Valentine Day
yang dibanderol langsung dengan sebungkus kondom. Dari situ saja sudah bisa
dilihat, betapa buruk nya dampak dari Valentine Day, apalagi sekarang tahun
2015???
Sebenarnya jika kalian ingin berfikir dan merenung sejenak, perayaan
Valentine Day ini menguntungkan bagi mereka, para investor asing yang memiliki
perusahaan coklat serta kondom. Dengan hegemoni mereka bahwa Valentine Day
adalah hari kasih sayang, maka semakin besar para investor-investor ini meraup
keuntungan. Hegemoni Kapitalis ini sudah merasuki hampir semua lini dan salah
satunya adalah Valentine Day. Kita sebagai masyarakat menjadi boneka mereka,
boneka yang siap menghabiskan uang untuk mereka, kemudian mereka semakin kaya
dan untung. Masih belum memikirkan? Yuk renungkan sejenak.
Jadi sudah sepantasnya kita tidak merayakan nya. Menurut saya, hari kasih
sayang itu semua hari, dan terutama kita sebagai anak, kasih sayang lah pada
ibu dan bapak, karena dengan mereka kita semua bisa hidup hingga sampai
sekarang ini. So, jangan mau kita terhegemoni oleh budaya kapitalis dan hedonis
ini, jadilah masyarakat yang cerdas dan mengerti akan esensi dari hari kasih
sayang yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar