Sabtu, 14 Mei 2016

13 Mei 2016




Tak tahu apa rasanya, apa yang aku fikirkan kemarin malam. Berdesak-desakan dengan banyak orang hanya karena ingin bertemu dengan sosok presenter ternama bangsa. Sebut saja ia MN. Hujan-hujanan, pengap seperti pengungsi, serta banyak hal yang tidak disukai yang dirasakan kala itu. Tetapi semua manusia sudah menghilangkan rasa itu. Fokus dengan nya, karena gratis.

Aku sudah tidak enak perasaan kala itu. Rasanya ingin walkout saja. Tak tahu kenapa ada hal yang membuat langkah kaki ini terhenti dan tak mau berdiri. Lapangan dipenuhi lautan manusia. Manusia yang sangat beragam. Orang jauh datang demi melihat sosok kapitalisme besar-besaran. Semua manusia tertuju pada sosok biru dengan kepala rajawali yang menonjol. Tak tahu apa yang difikirkan oleh manusia saat itu. Mereka bahkan ada beberapa yang sampai meninggalkan kewajiban (read:Islam) karena takut tempat duduknya akan direbut oleh orang lain.

Entahlah apa yang aku fikirkan. Semua seperti tersihir dengan acara gratis yang meriah itu. Hujan datang besar. Tetapi tidak menyurut semangat para penonton. Seperti saya yang membawa mantel. Ada beberapa yang membawa paying. Itu sebuah pilihan. Jika orang tahu seharusnya ia akan mempersiapkan segalanya. Ya terkadang manusia kebanyakan bodoh, seperti saya. Hanya saja saya saat itu sedang ingat.

Manusia akan memaksimalkan apa yang ia punya demi sesuatu yang disenanginya. Itulah gambaran alun-alun lautan manusia kemarin. Sempat aku berfikir untuk apa aku duduk lama hanya ingin menonton manusia. Tetapi aku sadar dan mencoba melihat dari sudut yang berbeda. Iya beliau-beliau (read: pembicara dan presenter) mereka semua terkenal dan menginspirasi. Kehidupan nya banyak orang yang mengikuti. Bahkan ada beberapa stasiun televisi yang menayangkan kehidupan mereka. Padahal mereka semua manusia. Manusia-manusia yang memiliki kesamaan tetapi memiliki perbedaan dalam rezeki.

Saat itu aku berdoa kepada Allah. Kemudian aku meminta maaf atas segala dosa yang aku perbuat, teman-teman aku yang tidak melakukan kewajiban nya. Ketika aku bisa menjadi orang yang berdiri di panggung sana kelak, aku akan membuktikan bahwa aku bisa mengajak seluruh orang untuk beribadah sesuai dengan keyakinan. Saat adzan mari sholat bersama. Saya yang mengajak. Itulah sejatinya manusia. Menjadi seseorang yang diingatkan dan mengingatkan orang lain. Tentu akan indah jika menyikapinya terbuka dan penuh riang.