Sabtu, 05 Maret 2016

Apa Artinya Segudang Kebenaran Tanpa Segenggam Kekuasaan?



-Muhammad Syah Fibrika Ramadhan-

Satu kalimat yang dilontarkan oleh beliau Mba Ananda Gudban Anggota DPRD Malang saat saya mengikuti event Malang Leader Summit 2015 kemarin. Inilah realitas yang terjadi di Indonesia. Kita rakyat, bisa apa? Melihat dagelan mereka para penguasa yang memiliki panggung. Rakyat berkoar, pejabat tak bergeming. Mereka sibuk dengan pekerjaan nya, rakyat bisa apa? Ya itulah realitanya.

Banyak penemuan mutakhir yang ditemukan oleh rakyat, para pejabat hanya mendiamkan. Pejabat akan ribut ketika penemuan rakyat di take over oleh negeri asing. Awalnya diam saja, pada akhirnya menyesal. Ya memang penyesalan selalu datang di akhir. Maka jangan salahkan rakyat ketika hak dan kewajiban mereka tidak dipenuhi oleh para petinggi elite pemerintahan. Rakyat memiliki ide, tidak memiliki kekuasaan. Bisa apa? Bisa meninggalkan negara nya dengan bebas. Mencari negeri yang menghargai karya rakyat.

Kejadian ini pun terjadi di pemerintahan terkecil, seperti kampus. Saya memiliki teman yang mempunyai ide super brilliant. Teman saya ini merupakan mahasiswa yang aktif di kancah event nasional bahkan internasional. Dengan segudang pengalaman nya, ia mencoba untuk merubah kampus nya yang notabene ‘berkembang’. Ia mencoba mencalonkan diri sebagai presiden mahasiswa. Tapi sayang, ia gagal karena ia tidak memiliki massa. Ide nya yang brilliant itu terkalahkan oleh massa. Kemudian saya mengatakan kepadanya, “Apa artinya segudang ide brilliant tanpa segenggam kekuasaan?”. Ya itulah realita saat ini. Tidak 
hanya di elite pemerintahan, tetapi di kampus saya sendiri pun demikian.
Dibutuhkan kekuasaan untuk merubah dunia. Zaman sekarang ini, ketika pemegang kebijakan berkata tidak, ya tidak. Maka sebagai rakyat selalu berdoa semoga mendapatkan pemimpin yang amanah, taat kepada perintah agama, dan peka terhadap rakyatnya.

Kita tidak akan lepas dari peran kekuasaan. Politik lah yang akan bermain di ranah tersebut. Seseorang yang ingin menguasai suatu tatanan pemerintahan, diperlukan poilitik yang cerdas. Tidak hanya nilai-nilai kebenaran untuk merubah dunia, melainkan mereka harus berani terjun di lembah hitam tersebut. Ya inilah realitas kehidupan saat ini. Memiliki massa terbesar itulah yang menang. Bisa mengalahkan massa yang besar dengan usaha yang maksimal tentunya.

Berbicara masalah perubahan tak lepas dengan adanya kekuasaan. Maka tak heran jika banyak komunitas yang berdiri di tengah-tengah kita. komunitas itu berdiri karena berawal dari ide. Jika ia tidak memiliki kekuasaan untuk memerintah -masuk dalam tatanan- maka ia akan mendirikan komunitas sendiri. Jika ide yang ia miliki mental di organisasi yang ia ikuti, maka ia akan membuat organisasi sendiri. Ya begitulah adanya.

Selasa, 01 Maret 2016

Second National Event : Malang Leader Summit 2015



Kembali saya dalam forum kepemimpinan. Mengadu kecerdasan dan kemampuan dalam dunia yang selama ini saya geluti. Selalu forum kepemimpinan yang saya angkat. Bersyukur saya dapat mengikuti event Malang Leader Summit 20-22 November 2015 itu. Banyak pengalaman yang saya dapatkan dengan mengikuti event itu. Tentu saja memperlebar jaringan sebisa mungkin yang saya lakukan.
Kegiatan tersebut menjadikan 4 sesi kelas. Saya beruntung masuk ke dalam kelas industry kreatif, dimana dalam sesi tersebut menerangkan berbagai macam usaha kreatif. Makna kreatif dapat dijadikan dua hal, memodifikasi yang telah ada atau menciptakan sesuatu yang baru. Bersama dengan berbagai delegasi seluruh Indonesia, kita berkumpul dan menerima materi dengan sungguh-sungguh.
Satu hal yang membuat diri ini senang adalah banyak teman-teman satu kampus yang berkontribusi dalam event ini. Tidak hanya dari angkatan atas, adik angkatan pun turut menyumbangkan kontribusi nya dalam event tersebut. Setidaknya misiku berhasil, membawa temen-temen kampus mengenal dunia luar.
Lebih bahagia lagi saat saya dinyatakan menjadi best delegate dalam event tersebut. Jujur ada dua perasaan yang berkecamuk dalam dada. Pertama, saya merasa belum memiliki kemampuan untuk menjadi seorang best delegate. Tentu ini merupakan tanggung jawab besar dan beban yang berat. Kedua, saya berhasil membuktikan bahwa kampus dari PTAIN pun bisa. Saya bisa bersanding dengan teman-teman kampus PTN yang memiliki nama dan pengaruh di bangsa ini. Ya inilah secuil pencapaian yang bisa saya berikan kepada kampus.
Satu hal yang saya ingin tuang dalam tulisan ini, mari lihat dunia luar. Jangan sibukan diri hanya di satu tempat, apalagi sudah penuh dengan kotoran dan debu. Carilah tempat baru atau bersihkan tempat yang lama. Saya memilih mencari tempat yang baru, untuk bekal membersihkan tempat yang lama. Karena saya percaya, ide muncul ketika kita bertemu dengan banyak orang. Jika hanya berkumpul di tempat yang sama, di keadaan yang sama, yang ada hanyalah pemikiran-pemikiran yang sama yang keluar.
Satu quote bagi para pembaca, “Untuk merubah keadaan, butuh ide yang segar. Ide yang segar, salah satunya diraih ketika kita mencoba out of the box. Dengan kita keluar dari jalur yang sering kita lakukan, maka kita akan mendapatkan ide dan itu yang akan menjadi bekal untuk memperbaiki rumah kita.” Ketika kita menemukan masalah dalam suatu lingkungan, jangan kita biarkan dan kalah dengan keadaan. Cari dan pikirkan solusi nya. Jadilah lilin yang menerangi kegelapan. Kegelapan bukan untuk dikutuk, melainkan kegelapan membutuhkan lampu untuk penerangan. Bersedialah menjadi lilin-lilin yang menerangi kegelapan walaupun ia akan habis terbakar. Setidaknya diri kita telah tercatat oleh sejarah peradaban.