Minggu, 14 Februari 2016

First Regional Event : Student Interfaith Peacemaker Camp JATENG-JOGJA 2015

Ini merupakan event regional pertama saya selama menjadi mahasiswa. Student Interfaith Peacemaker Camp yang diadakan oleh Young Interfaith Peacemaker Camp (YIPC) dan bekerja sama dengan Indonesian Consortium Religious Studies (IRCS) kampus UGM, UIN Yogyakarta, dan UKDW. Event ini merupakan event perdamaian yang mengenalkan 12 core values yaitu : Mengenal dan menerima diri, menghindari prasangka, indahnya keberagaman, resolusi konflik, damai tanpa kekerasan, meminta dan memberi maaf, dan interfaith dialog Islam – Kristen.

Disini saya banyak belajar dan berdiskusi. Tak luput pula games-games yang membuat kita semakin mengerti dengan materi yang diberikan. Peserta hanya dibatasi 30 agar kita semakin fokus dalam menerima materi. Kita membaur antara umat muslim dan kristiani dan kita membuktikan bahwa keberagaman agama bukan menjadi penghalang untuk saling berdamai.
Tiga hari berlalu dirasa sangat cepat. Saya masih ingin berdiskusi dengan mereka dan melihat canda tawa mereka. Tetapi waktu memang memisahkan kita. Hingga tak terasa kegiatan ini akan diadakan lagi pada tahun 2016. Student Interfaith Peacemaker Camp 2016.

Dalam event ini saya bertemu dari berbagai mahasiswa yang memiliki latar belakang berbeda. Satu hal yang membuat takjub adalah saya bertemu dengan salah satu Founder Indonesian Youth Dream. Saya sempat diskusi dan bertukar ilmu dengan nya. Begitu menginspirasi hingga tak terasa kala itu waktu semakin malam. Ya itulah ketika bertemu dengan seseorang yang begitu luar biasa, raga tak ingin berpindah dan tak merasakan lelah.

Setiap kegiatan tentu memiliki manfaat. Manfaat itu akan dirasakan ketika kita menjemputnya. Menjaring relasi, berbagi pengalaman, dan menambah wawasan merupakan satu hal yang penting. Dalam event ini saya belajar bagaimana menjadi orang yang selalu damai. Setiap manusia merupakan agent perdamaian. Tak terkecuali rakyat, penguasa, polisi, bahkan tentara. Tak memandang harta dan jabatan, perdamaian harus ditegakkan.

Satu quotes untuk pembaca, “Agama tanpa perdamaian binasa, perdamaian tanpa agama hampa”. Tak ada gunanya kita beragama tetapi tidak cinta damai. Kita akan merasa hampa ketika perdamaian tanpa adanya nilai-nilai ketuhanan dalam agama.

 Sesi pembagian buku bersama delegasi dan Bang Riston

Sabtu, 13 Februari 2016

First National Event : Pelatihan Pemimpin Bangsa #9




Bersyukur, tentu! Saya berucap Alhamdulillah. Ini kisah yang akan saya paparkan saat mengikuti Pelatihan Pemimpin Bangsa #9 yang diselenggarakan oleh BEM KM UGM. Jujur saya adalah mahasiswa dari kampus yang mungkin sebagian orang belum mengerti dan bahkan asing kedengarannya. Saya sangat memaklumi itu. Maka saya memiliki tekad, selama saya menjadi mahasiswa di IAIN Purwokerto, saya akan membawa nama almamater, kemanapun saya berada.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 27 September – 2 Oktober. Mengusung tema “Integrasi Pemuda dalam Merespon Perubahan Sosial”. Berkumpul dengan 130 Mahasiswa dari 45 kampus seluruh Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan di tiga tempat : UGM, Angkatan Militer Magelang, dan Desa Banyuroto Magelang. Kegiatan ini merupakan pelatihan kepemimpinan bagi mahasiswa yang nantinya akan menjadi pemimpin yang jujur, adil, serta mengerti akan pancasila. Dengan pembicara yang sangat ciamik, menampilkan berbagai karakter dan ilmu yang begitu mendalam. Dengan tema tersebut, diharapkan adanya integrasi antar mahasiswa yang berlatar belakang berbeda, memiliki satu tekad untuk merubah Indonesia menjadi lebih baik ke depannya.

Seru! Suatu kata yang menggambarkan semuanya. Saya bertemu dengan mahasiswa yang berbeda culture dan agama, berbeda akan bahasa, dan berbeda dalam latar belakang. Tentu ini tidak menjadi halangan karena kita memiliki satu bahasa yang menjadi patokan, bahasa Indonesia. Hidup dan tinggal bersama dengan mereka, bercengkrama dan bekerjasama, serta menyamakan visi dan misi dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik lagi ke depannya.
Saya sempat minder ketika saya dapat satu forum dengan kampus-kampus besar. Jujur saja! tetapi itu tidak menghalangi saya untuk aktif dalam forum tersebut. Bukti nya adalah saya sempat mendapatkan buku dari Mas Ghufron karena saya beruntung dapat bertanya dan menjadi pertanyaan terbaik. Disitu saya mulai mendapatkan secercah harapan baru. Saya berkesimpulan, semua mahasiswa itu sama saja, baik dari kampus besar atau tidak, tentunya akan kembali lagi kepada orang tersebut.

Ini merupakan event nasional saya pertama. Saya sangat bersyukur dapat mengikuti event ini. Harapan nya nanti adalah saya menginginkan ada kader-kader dari kampus saya untuk mengikuti PPB #10. Jujur saya sangat terinspirasi dengan teman-teman mahasiswa yang mengikuti event ini. Mereka membuka mata dan batin saya untuk selalu berkarya dan berjuang, tak sekedar melakukan aktivitas rutinan yang membosankan. Saya belajar bahwa saya memang belum punya apa-apa dibanding mereka.

Satu quotes untuk para pembaca, “Masa muda merupakan masa dimana mencari bekal ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya. Jangan diam di zona nyaman, mari out of the box. Karena diluar sana masih banyak ilmu dan pengalaman yang belum kita jamah”.