Senin, 27 April 2015

Apakah Seperti Ini Sosok Pemuda Bangsa?



Apakah Seperti Ini Sosok Pemuda Bangsa?
Satu pengalaman yang bisa dijadikan renungan kita bersama. Hari Sabtu, 7 Maret 2015, saya bersama dengan teman-teman pergi ke kebun teh di salah satu daerah di Banjarnegara Jawa Tengah. Ketika saya dan teman saya berjalan menyusuri keindahan kebun teh ini, tiba-tiba ada sesuatu pemandangan yang tidak menyenangkan. Pemandangan yang tidak menyenangkan ini yaitu ketika saya melihat beberapa pasangan yang sedang pacaran dan mereka bercengkrama di tempat yang sepi. Disitu saya melihat ada dua pasangan, satu pasangan terlihat masih muda dan saya rasa mereka masih duduk di bangku SMA dan satu lagi terlihat agak dewasa sekitar umur 20-an. Pada pasangan pertama, saat saya dan teman saya berjalan, teman saya sempat melihat salah satu pasangan “membenarkan celananya”, dan ketika kita berjalan ke arah mereka, mereka terlihat salah tingkah. Kemudian ada satu pasangan lagi, pasangan ini berada di salah satu joglo disana, mereka berdua asik bermain dengan tablet, dengan posisi cowo cewe itu berdampingan, kepala si cewe disandarkan ke badan cowonya. Dan ketika saya melewati joglo, saya melihat tas dan terdapat kerudung yang diselempangkan di kayu. Kemudian saya berkata dalam hati, ”Kok ada kerudung? Pasti yang perempuan ini melepas kerudungnya”. Kemudian setelah melihat kerudungnya, saya mengarahkan pandangan mata saya ke perempuan yang saya maksud, ternyata benar, perempuan itu melepas kerudungnya. Saya berfikir dan berkata dalam hati lagi, “Apa yang mereka lakukan di tempat sepi ini? Yang lebih parah lagi perempuan nya ini melepaskan kerudung nya, apa anak perempuan ini tidak punya akal? Apakah tidak malu dengan orang tua nya jika orang tua nya tau apa yang dia lakukan?”. Kejadian ini terjadi di salah satu daerah, lalu bagaimana dengan daerah lain? Bagaimana dengan keadaan di kota besar yang kita tau banyak tempat yang melegalkan seperti itu? Apakah tempat yang sepi-sepi ini menjadi spot yang bagus buat orang-orang yang dirundung asmara, dengan melakukan hal yang senonoh? Masalah ini terus mengganggu dan menjadi sebab mengapa saya menuliskan cerita ini.
Sudah tidak bisa dipungkiri lagi, fenomena seks bebas sudah menjamur di masyarakat. Fenomena ini menjadi sangat mengerikan bagi kita, apalagi bagi orang tua yang memiliki anak-anak yang harus diawasinya. Kenapa bisa dibilang mengerikan? Karena seks bebas ini tidak hanya menjangkit kaum dewasa, bahkan umur muda belia yang masih menduduki bangku sekolah, sudah mulai terjangkit penyakit ini. Kita sering mendengar pelecehan seksual ada dimana-mana, entah di berita atau pun media sosial. Dari mulai anak SD hingga Mahasiswa, bahkan sempat ada berita yang mengejutkan bahwa ada anak SMP yang membuat video porno dirinya sendiri dan kemudian menguploadnya di media sosial, Astaghfirullah. Ini menjadi masalah serius, karena kaum remaja ini kelak akan menjadi penerus bangsa, meneruskan tonggak bangsa yang sudah dicapai oleh para pendahulunya. Mereka seakan lemah dan tak berdaya, menganggap itu menjadi sebuah kesenangan dengan pembenaran, “zaman sekarang kalau mau dikatakan gaul maka harus melakukan seperti itu”. Serangan hegemoni barat yang begitu besar, menyerang bukan dari aspek fisik, tetapi mereka menyerang mental yang kemudian masuk dan dipraktekan dalam sendi-sendi kehidupan. Dari sini kita harusnya sadar, bahwa sebenarnya kita sudah teracuni oleh racun yang sangat mematikan.
Inilah sisi lain yang ada di Indonesia. Kebebasan para remaja seakan dihalalkan padahal mereka ini yang digadang akan menjadi penerus bangsa. Pacaran, hangout dengan pacar, dan ujungnya adalah adegan dewasa yang dilakukan. Kehamilan serta aborsi menjadi bukti konkrit yang sudah tidak asing lagi. Itu menjadi akar permasalahan, dan menjalar ke segala aspek kehidupan. Peran orang tua sangatlah menentukan, sebab jika tidak ada tindakan preventif, maka ini akan menjadi masalah yang serius. Ketika kita mengkaitkan dengan Pancasila, itu sangat bertentangan dengan sila kedua yaitu, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Apakah manusia-manusia ini memiliki adab? Adab yang seperti apa ketika ada seseorang yang melakukan hal senonoh, bahkan di tempat wisata? Kemudian ada juga yang mengupload adegan dewasa nya dengan pacar di media sosial? Apakah ini yang dinamakan manusia beradab? Dari aspek ini pun, masyarakat Indonesia sudah tidak menghormati pancasila sebagai ideologi bangsa. Jika kita mengkaitkan dengan al-Qur’an sudah pasti perbuatan tersebut sangatlah tercela. Kita bisa merujuk pada surat al-Israa 17: 32 yang artinya, Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. Allah sudah memperingatkan kita dengan ayat tersebut. Untuk mendekati zina saja tidak boleh, apalagi melakukan nya. Secara logika, perbuatan ini sudah pasti terlarang dan sangat keji untuk dilakukan.
Mulai sekarang, mari bangun para pemikiran masyarakat Indonesia, khususnya para remaja. Boleh kita menerapkan budaya barat, tetapi yang baik-baik saja. Jika sudah bertentangan dengan aqidah dan kebudayaan maka kita harus meninggalkannya. Kita sebagai masyarakat harus lebih cerdas dan bijak. Kita tidak bisa menghentikan hegemoni ini, tetapi setidaknya kita bisa memilih mana yang baik dan buruk, karena kita memiliki akal yang bisa mendeteksi tersebut.

"Kerudung yang dilepas sang perempuan". Mengapa saya berkata demikian? Karena sudah tidak ada makhluk lain disana kecuali mereka berdua. MIRIS



Jumat, 24 April 2015

Berita Up To Date Indonesia


Berita Up To Date Indonesia
Indonesia, negeri yang kaya akan ragam budaya, agama, dan suku bangsa. Di samping itu pula, negeri ini memiliki kekayaan yang berlimpah ruah, dari mulai tanah yang subur, sumber minyak yang jumlahnya sangat banyak, memilki tambang emas dan perak, serta keindahan alam yang menakjubkan. Negara Indonesia hampir dapat dibilang negeri yang “Sempurna”, karena dengan berbagai kekayaan yang dimiliki. Bahkan dalam karya DR Danny Hilman Natawidjaja yang berjudul "Plato Tidak Bohong, Atlantis Pernah Ada di Indonesia”, mengatakan bahwa Indonesia adalah negeri “Atlantis” yang hilang, karena kesamaan Atlantis dan di Indonesia terlihat dari manuskrip kuno yang digunakan Plato untuk menjelaskan Atlantis, seperti adanya sungai, gunung berapi, masyarakatnya bisa membangun candi, habitat padat, masyarakat yang taat agama, patuh hukum, dan tidak mementingkan harta. Atlantis dijelaskan sebagai wilayah tropis, bertemperatur sedang, berbentuk daratan besar yang sangat indah, subur, banyak sumber air, flora, fauna, dan bahan tambang logam mineral. Dari kesamaan tersebut, bisa jadi Indonesia ini merupakan negeri Atlantis yang hilang, Wallahu a’lam.
Namun negeri yang kaya akan berbagai hal ini, tetap saja memiliki kekurangan. Sekarang, Indonesia masih menjadi negara berkembang, belum bisa dikatakan sebagai negara maju. Mengapa demikian? Karena memang permasalahan yang kompleks, permasalahan yang mencakup dalam berbagai aspek. Aspek ekonomi, politik, hukum, sosial, dan lain sebagainya, membuat Indonesia sulit untuk bergerak maju ke depan. Apalagi sekarang, banyak sekali hal-hal yang muncul di Indonesia, dan itu membuat saya merasa tergerak untuk membuat cerita agar para pembaca mengetahui bagaimana kondisi negeri kita, negeri tercinta, Indonesia.
Pertama, dari aspek hukum, kasus Bali Nine yang sampai sekarang belum juga kelar. Bandar narkoba bersindikat itu tertangkap di Indonesia dan diancam dengan hukuman mati bagi para pelaku. Tetapi apa? Pemerintah seakan menunda-nunda eksekuti mati sang gembong narkoba itu. Bahkan negara tetangga Australia berani menawar kepada pihak Indonesia dengan menukar 2 orang tersangka yang terlibat dalam Bali Nine dengan warga Indonesia 3 orang yang ditahan di Australia. Apakah ini yang dinamakan hukum? Hukum kok bisa ditawar? Semoga kasus ini cepat terselesaikan.
Kedua, dari aspek ekonomi, mata uang rupiah kita semakin melemah, dan ini yang paling rendah semenjak krisis tahun 1998. Rupiah mencapai angka 13.000 lebih per dollar. Rupiah semakin melemah kok pemerintah malah adem ayem, saya miris melihatnya. Ketika rupiah melemah, maka akan memberikan dampak kepada perekonomian kita, baik segi mikro maupun makro. Perusahaan mulai meminimalkan produksi karena bahan baku semakin mahal, kemudian memecat beberapa karyawan karena produksi semakin rendah, maka timbulah pengangguran, dan ini akan berimplikasi pada angka kriminal, karena semakin banyak pengangguran maka semakin banyak kejahatan. Inikah yang diharapkan pemerintah? Saya rasa tidak.
 Ketiga, banyak veteran yang membela Indonesia dibiarkan merana, korupsi malah justru dibiarkan merajalela. Fenomena yang terjadi di bangsa kita ini sungguh aneh. Banyak para koruptor yang seolah mereka itu rentan dengan hukum. Hukuman yang diberikan hanya beberapa tahun, membuat mereka itu tidak jera, justru membuat mereka bahagia. Pernah mendengar kisah Gayus Tambunan? Yang dipenjara karena kejahatan korupsinya dan dia dimasukan ke dalam penjara, tetapi dia bisa melalang buana bahkan bisa menonton pertandingan tennis di Bali, alangkah lucu negeri ini, hukum seakan bisa dibeli. Malah veteran perang yang membela Indonesia seolah dibiarkan menderita. Pernah mendengar kisah Pak Rohadi? Di masa tuanya dia mengayuh becak untuk mencari sesuap nasi. Seorang veteran yang pernah membela daerah Tanjung Pinang Sumatera Utara saat Indonesia bersengketa dengan Malaysia. Itu hanya salah satu cerita dari beberapa veteran yang tak dihargai di negeri kita ini. Betapa gigihnya mereka mengorbankan jiwa raga demi bangsa, tapi apa balasan nya dari bangsa Indonesia? Mungkin ini sebagai masukan bagi pemerintahan kita yang harus lebih menghargai kaum-kaum veteran yang sudah memperjuangkan kedaulatan rakyat.
Itulah beberapa permasalahan yang harus dibenahi oleh pemerintahan kita. Jika kita ingin menjadi negara yang berdaulat, maka kita tunjukan dengan gerakan kita, menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan di implementasikan dalam dunia nyata. Indonesia pasti bisa lebih baik jika pihak pemerintah dan masyarakat saling percaya akan tugas masing-masing, serta amanah dalam mengemban kewajiban nya. Karena sejatinya, kita menginginkan hidup aman serta menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.

Sumber : MSFR