Rabu, 07 Januari 2015

Cinta Ibu Terbawa Mati



Cinta Ibu Terbawa Mati
Ketika Perang Vietnam pecah, mengikuti kata hati dan kewajiban untuk membela negara maka seorang suami yang masih muda bergabung dengan militer dan mengorbankan hidupnya meninggalkan istri dan anak-anaknya. Sang ayah ternyata tewas di medan laga meninggalkan dan anak-anaknya.
Kehidupan pasca perang itu sangatlah sulit. Sering kali tidak punya cukup makanan untuk dimakan. Sang istri yang saat itu masih muda dan cantik menolak untuk menikah lagi dan mendedikasikan seluruh hidupnya untuk membesarkan anak-anaknya dengan merawat dan membesarkan mereka sendiri dan menyekolahkannya setinggi-tingginya meski dia sendiri harus menahan lapar.
Suatu hari sebuah kesempatan datang. Putra pertamanya mendapat kesempatan untuk bersekolah di Amerika. Ibunya berpesan agar anaknya belajar serius. Akhirnya, sang anak bisa menjadi seorang insinyur dan bekerja di lembaga antariksa NASA serta memiliki kehidupan yang berkecukupan.
Anak laki-lakinya itu sering mengirim surat ke rumah sang ibu dan dalam suratnya itu juga tak lupa dia kirimkan sejumlah uang untuk dibelanjakan ibunya. Namun ibunya memintanya satu hal saja, bukan uang yang dia inginkan, tapi dia hanya ingin bisa bertemu dengan anaknya yang sudah lama tidak pernah ditatapnya lagi sejak kepergiannya ke Amerika.
Tahun berganti tahun. Sang anak tetap saja mengatakan belum bisa pulang pada ibunya. Padahal dari perusahaannya bekerja ada jadwal cuti yang bisa digunakannya untuk mengunjungi sang bunda. Namun anaknya tetap keras kepala menolak untuk melakukan perjalanan pulang mengunjungi ibunya.
Ketika akhirnya sang ibu meninggal, anak itu pun pulang ke rumahnya. Dia membuat persiapan sebuah pemakaman mewah dan besar-besaran untuk menghormati jenazah ibunya yang tak pernah bisa dia lihat lagi semasa hidupnya. Meski persiapan pemakaman itu sangat mewah, semua orang yang hadir disana melihat bahwa sang anak sama sekali tidak merasa sedih ibunya telah tiada. Tak ada tetesan air mata yang menandakan bahwa dia sangat kehilangan bundanya dan menyesal bahwa dia tak pernah berjumpa di saat hidupnya. Ibunya hanya meninggalkan sebuah kotak yang dia selalu tempatkan di bagian atas tempat tidurnya. Sebelum pemakaman, anak laki-laki itu kemudian membuka kotak tersebut dan tiba-tiba dia menangis histeris dan berteriak, sambil terisak-isak dia memeluk peti jenazah ibunya, “Ibu! Ibu! Ibu…”
Semua orang saling memandang dan menatap kotak itu. Ternyata kotak itu penuh uang seratusan dolar dan secarik kertas yang di dalamnya ada sebuah tulisan:
Nak, aku tidak menghabiskan terlalu banyak uang. Aku sangat merindukanmu. Setiap kali aku mendengar sepeda motor yang lewat, aku selalu membukakan pintu, tapi itu bukan anakku. Aku menyimpan uang ini untukmu. Mungkin suatu saat kamu jatuh sakit sehingga ibu harus menjengukmu ke Amerika.

(Sumber: Buku “Bukan Untuk Dibaca The Most Inspiring Story” karya Deassy M. Destiani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar