Rabu, 04 Maret 2015

Pernyataan Para Pemikir


Pernyataan Para Pemikir
Robert Louis Stevenson menulis: “Setiap orang mampu untuk melakukan pekerjaannya sepanjang hari sesulit apapun pekerjaan itu, dan setiap orang mampu untuk hidup bahagia sepanjang hari hingga matahari tenggelam. Inilah yang dimaksud dengan hidup.”
Pemikir lainnya mengatakan, “Kehidupanmu itu hanya sehari saja. Kemarin telah pergi dan besok belumlah datang.”
Stephen Leacock menulis: “Anak kecil mengatakan, ketika aku menjadi remaja nanti, sedangkan yang remaja mengatakan, ketika nanti aku menjadi seorang dewasa, nanti ketika aku menjadi dewasa aku akan kawin. Namun apa yang terjadi setelah pernikahannya? Lalu apa yang terjadi setelah semua fase itu terlewati? Pikiran-pikiran yang pernah ada itu pun berubah. (Pikiran-pikiran itu selalu mengikuti apa yang akan terjadi nanti). Misalnya, nanti ketika sudah pensiun. Ketika sudah benar-benar tua, ia kehilangan kehidupannya yang telah lewat tanpa merasakannya walau hanya sedetik. Kita baru mau belajar, ketika kesempatan yang pernah ada itu sudah lepas, bahwa kehidupan itu harus dirasakan dalam setiap detik, setiap jaman dari kehidupan kita sekarang.”
Demikian pula orang yang selalu mengatakan, “..saya akan melakukan taubat”.
Seorang ulama salaf mengatakan, “Saya mengingatkanmu tentang perkataan ‘akan …’, sebab kata itu sudah banyak mencegah terjadinya kebaikan dan menunda dilakukannya perbaikan.”
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka.” (QS. Al-Hijr: 3)
Seorang filosof asal Prancis, Montaigne, mengatakan, “Hidupku penuh dengan derita yang buruk yang sama sekali tidak menunjukkan keramahan.”
Saya tegaskan bahwa meski memiliki tingkat kecerdasan yang lebih baik dan pengetahuan yang luas kebanyakan, mereka tidak tahu hikmah di balik penciptaan mereka. Mereka tidak mengambil petunjuk Allah yang dibawa oleh utusan-Nya.
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila Dia mengeluarkan tangannya, Tiadalah Dia dapat melihatnya, (dan) Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah Tiadalah Dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (QS. An-Nuur: 40)

“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. Al-Insaan: 3)
Dante, seorang penyair asal Italia, berkata, “Pikirkanlah bahwa hari ini tidak akan pernah muncul kembali.”
Tapi jauh lebih baik, lebih indah, dan lebih sempurna dari semua kutipan diatas adalah hadits Nabi: “Shalatlah seperti shalatnya orang yang tidak akan pernah kembali lagi.”
Orang yang menanamkan keyakinan di dadanya bahwa hari kehidupannya saat ini adalah hari terakhirnya; maka dia akan memperbaharui taubatnya, akan melakukan amalan terbaik, akan lebih taat kepada Rabb-nya, dan akan senantiasa mengikuti sunnah Rasul-Nya.
Kalidasa, seorang aktor drama India yang sangat terkenal itu menulis puisi yang indah:



Salam Buat Sang Fajar.
Lihatlah hari ini.
Sebab ia adalah kehidupan, kehidupan, dari kehidupan.
Dalam sekejap dia telah melahirkan berbagai hakikat dari wujudmu.
Nikmat pertumbuhan.
Pekerjaan yang indah.
Indahnya kemenangan.
Karena hari kemarin tak lebih dari sebuah mimpi.
Dan esok hari hanyalah bayangan.
Namun hari ini ketika Anda hidup sempurna,
telah membuat hari kemarin sebagai impian yang indah.
Setiap hari esok adalah bayangan yang penuh harapan.
Maka lihatlah hari ini.
Inilah salam untuk sang fajar.

Sumber: Buku “La Tahzan” Karya DR. ‘Aidh al-Qarni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar