Sabtu, 14 Februari 2015

Fenomena Valentine Day




Fenomena Valentine Day
Tadi pagi ketika saya sarapan, saya melihat di salah satu televisi swasta di Indonesia, menyiarkan bahwasanya fenomena hari kasih sayang (katanya) yang disebut Valentine Day, itu menjadi ajang hangout para remaja-remaja  untuk melakukan hal yang bebas, bebas dalam mengutarakan cinta karena dipandang hari kasih sayang  dan bahkan sebagai ajang melakukan free sex besar-besaran. Fenomena yang sangat mencengangkan ini, diduga didukung dengan adanya paket coklat dari para penjual coklat yang sengaja menyisipkan kondom di dalamnya. Paket yang semula hanya isi coklat kemudian disisipkan kondom, untuk apa? Sekali lagi, hari Valentine Day ini menjadi ajang para remaja untuk menanggalkan kehormatan kepada seorang kekasih nya. Alasan cinta menjadi salah satu pusaka yang diberikan para remaja untuk dapat mendapatkan kenikmatan sementara. Miris sungguh miris.
Merujuk dari buku Udah Putusin Aja karya Felix Siauw, pada tahun 2005, Koran Pikiran Rakyat mengadakan sebuah angket dari 413 responden yang menjawab angket secara sah, 26,4% di antaranya mengaku lebih suka merayakan Valentine bersama gebetan atau kekasih dengan jalan-jalan, makan-makan, lalu berciuman (melakukan hubungan seks). Dari beberapa data yang di kumpulkan, juga bisa kita lihat di media, penjualan kondom seminggu sebelum dan setelah Valentine Day meningkat 40-80% di setiap gerainya, bahkan sering kali ada yang sold-out. Beberapa gerai bahkan tidak malu-malu lagi memajang paket cokelat Valentine Day yang dibanderol langsung dengan sebungkus kondom. Dari situ saja sudah bisa dilihat, betapa buruk nya dampak dari Valentine Day, apalagi sekarang tahun 2015???
Sebenarnya jika kalian ingin berfikir dan merenung sejenak, perayaan Valentine Day ini menguntungkan bagi mereka, para investor asing yang memiliki perusahaan coklat serta kondom. Dengan hegemoni mereka bahwa Valentine Day adalah hari kasih sayang, maka semakin besar para investor-investor ini meraup keuntungan. Hegemoni Kapitalis ini sudah merasuki hampir semua lini dan salah satunya adalah Valentine Day. Kita sebagai masyarakat menjadi boneka mereka, boneka yang siap menghabiskan uang untuk mereka, kemudian mereka semakin kaya dan untung. Masih belum memikirkan? Yuk renungkan sejenak.
Jadi sudah sepantasnya kita tidak merayakan nya. Menurut saya, hari kasih sayang itu semua hari, dan terutama kita sebagai anak, kasih sayang lah pada ibu dan bapak, karena dengan mereka kita semua bisa hidup hingga sampai sekarang ini. So, jangan mau kita terhegemoni oleh budaya kapitalis dan hedonis ini, jadilah masyarakat yang cerdas dan mengerti akan esensi dari hari kasih sayang yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar