Kamis, 25 Desember 2014

Bagaimana Anda Mensyukuri yang Banyak, Jika yang sedikit saja Tak Mampu?

Bagaimana Anda Mensyukuri yang Banyak, Jika yang sedikit saja Tak Mampu?
Orang yang tidak pernah memuji Allah atas nikmat air dingin yang bersih dan segar itu, maka ia akan lupa kepada-Nya jika mendapatkan istana yang indah, kendaraan yang mewah, dan kebun-kebun yang penuh buah-buahan yang ranum.
Orang yang tidak pernah bersyukur atas sepotong roti yang hangat, tidak akan pernah bisa mensyukuri hidangan yang lezat dan menu yang nikmat. Orang yang tidak pernah bersyukur dan, bahkan kufur, maka tidak akan pernah bisa membedakan antara yang sedikit dan banyak. Tapi ironisnya, tak jarang orang-orang seperti itu yang pernah berjanji kepada Allah bahwa ketika nanti Allah menurunkan nikmat kepadanya dan menyirami mereka dengan nikmat-nikmat-Nya, maka mereka akan bersyukur, memberi, dan bersedekah.
{Dan, di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedakah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka, setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).}
(QS. At-Taubah: 75-76)
                Setiap hari kita banyak melihat manusia model ini. Hatinya hampa, pikirannya kotor, perasaannya kosong, tuduhan kepada Rabb-nya selalu yang tidak senonoh, yang tidak pernah memberi karunia yang besar lah, tidak pernah memberinya rezeki lah, dan lainnya. Dia mengucapkan itu ketika badannya sangat sehat dan serba kecukupan. Dalam kemudahan yang baru seperti itu saja, dia sudah tidak bersyukur. Lalu, bagaimana jika hartanya melimpah, rumahnya indah, dan istana yang megah telah menyita waktunya? Pasti dia akan lebih kurang ajar dan akan lebih banyak durhaka kepada Rabb-nya.
                Kita masih merindukan rumah itu, yang sudah ada di depan mata,
                bagaimana jika kita berjalan selama sebulan dengan sahabat kita?
                Orang yang bertelanjang kaki, karena tidak punya alas kaki mengatakan, “Saya akan bersyukur jika Rabb-ku memberikan sepatu”. Tapi orang yang telah memiliki sepatu akan menangguhkan syukurnya sampai dia mendapatkan mobil mewah. Kurang ajar sekali: kita mengambil kenikmatan itu dengan kontan, namun mensyukurinya dengan mencicil. Kita tak pernah bosan mengajukan keinginan-keinginan kepada-Nya. Tapi perintah-perintah Allah yang ada di sekililing kita lamban sekali dilaksanakan.

Sumber: Buku “La Tahzan” Karya DR. ‘Aidh al-Qarni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar