Sabtu, 20 Desember 2014

Kisah Luqmanul Hakim

Kisah Luqmanul Hakim
Luqmanul Hakim bersama anaknya ingin bepergian jauh menaiki seekor himar (keledai). Luqmanul Hakim menaiki himar sedangkan anaknya memegang tali kendali himar. Di tengah-tengah perjalanan, ada segerombalan orang yang mengejek sambil berkata, “Lihatlah, orang tua itu benar-benar tidak punya perasaan. Bapaknya naik keledai, sedangkan anaknya berjalan di bawah.
Setelah itu, di tengah perjalanan, Luqmanul Hakim mengubah posisinya. Luqman turun memegang tali keledai dan anaknya menaiki himar. Di tengah-tengah perjalanan, meskipun posisi sudah diubah, masih ada jga orang yang berkomentar sambil berkata, “Lihatlah itu, Orang tuanya berjalan kaki di bawah sedangkan anaknya enak-enakan di atas. Anak macam apa itu, kayak tidak pernah mengetahui sopan santun”. Itulah komentar dari masyarakat yang melihatnya.
Luqmanul Hakim mengubah posisi lagi. Ia bersama anaknya naik keledai secara bersamaan. Tapi, lagi-lagi masyarakat berkomentar sambil berkata, “Lihatlah itu, anak sama bapaknya naik keledai secara bersamaan. Anak-ayah macam apa itu?! Keledai kecil seperti itu ditumpangi berdua. Mereka sepertinya tidak punya perasaan.
Luqmanul Hakim dan anaknya turun dari keledai dan mereka hanya memegang tali kendali dari depan. Tapi, dengan begitu pun, masyarakat masih juga berkomentar sambil berkata, “Ya Allah… anak dan bapaknya sama-sama tidak punya pikiran. Mereka berdua berjalan. Punya keledai kok tidak dimanfaatkan”.
Dalam perjalanan pulang, Luqman menasehati anaknya tentang sikap manusia dan komentar mereka. Luqman berkata, “Pada dasarnya, setiap orang tidak akan pernah lepas dari penilaian dan komentar manusia. Maka pertimbangan bagi orang yang berakal tiada lain kecuali pada Allah.
Dari cerita diatas bisa diambil kesimpulan bahwa dalam kehidupan manusia pada dasarnya tidak akan bisa lepas dari yang namanya “komentar”. Komentar baik maupun buruk, selama kita mengerti dan mengetahui bahwsanya komentar itu adalah hal yang wajar dari setiap manusia, maka kita akan lebih bijak dalam menanggapi sebuah komentar. Kritik yang baik bisa dijadikan pelajaran untuk ke depannya, sedangkan kritik yang buruk jangan lah diambil terlalu berlebihan atau terlalu difikirkan, maka itu akan mengakibatkan kita stress saja. Sebaiknya kita harus bijak dalam menerima komentar, menjadi pribadi yang dewasa dan mengerti akan kebiasaan dari manusia itu, karena pada dasarnya manusia tidak akan lepas dari itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar